MENERAPKAN BUDAYA POSITIF UNTUK MEWUJUDKAN PROFIL PELAJAR PANCASILA DI SMAN 1 LENTENG
Oleh
Yeyek Ihdal Umam, S.Pd
(CGP angkatan V kabupaten sumenep)
Proses pembelajaran didalamnya terdapat interaksi yang baik antar murid, pendidik dan sumber belajar dan terdapat proses perubahan perilaku berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang menjadi hasil latihan dan pengalaman. Hal ini dapat tercapaia jika pembelajaran dalam kelas menggunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual merupakan proses pembelajaran yang bertujuan membantu nurid melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadi, sosial, dan budaya. Dengan kata lain, pembelajaran kontekstual lebih mementingkan keterlibatan murid, sehingga hasil pembelajaran akan menjadi lebih bermakna karena proses pembelajaran berlangsung lebih hidup, alamiah, relevan, dan menyenangkan dalam bentuk kegiatan murid aktif dan produktif (hands on).
Sesuai dengan Filosofi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara bahwa pendidikan merupakan proses memberi tuntunan,maka dalam hal ini guru sebagai pelaksana dalam pengajaran berfungsi sebagai fasilitator, motivator dan pembimbing peserta didik. tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat, yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Keberhasilan peserta didik dalam mencari ilmu tergantung dari perlakuan yang diberikan oleh guru. Sesuai dengan perumpamaan Ki Hajar Dewantara, guru sebagai petani dan peserta didik sebagai bibit atau benih tanaman. Jika bibit tau benih tanaman bukan merupakan bibit unggul tetapi dirawat dengan baik oleh pak petani seperti diberi pupuk, di siram, dan diletakkan di tempat dengan cahaya matahari yangcukup maka bibit tersebut akan tumbuh dengan baik. Sebaliknya meskipun bibit yang ada merupakan bibit unggul tetapi kurang perawatan dari pak petani maka pada akhirnya akan menghasilkan produk yang kurang bagus.
Untuk mendapatkan bibit unggul ini diperlukan sebuah penerapan budaya positif baik di kelas maupun di sekolah. Budaya positif adalah suatu pembiasaan yang bernilai positif, Di dalamnya mengandung sejumlah kegiatan yang mampu menumbuhkan karakter peserta didik ke arah yang positif. Budaya positif perlu dibangun dalam suatu kelas yang akan berdampak pada budaya positif di sekolah dan berperan dalam visi sekolah
Dalam membangun budaya positif, kita meninjau lebih mendalam tentang strategi yang menumbuhkan lingkungan yang positif di sekolah untuk mendukung pembelajan yang bermakna. Dengan cara melakukan berbagai upaya dan refleksi serta menerapkan tawaran strategi dalam praktik disiplin, kesungguhan mengontrol murid, menjalankan dalam menerapkan budaya positif. adanya konsep budaya positif akan sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam lembaga pendidikan dalam rangka mewujudkan merdeka belajar. Budaya positif meliputi 6 hal yaitu perubahan paradigma stimulus respon, konsep disiplin positif, keyakinan kelas, pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia, lima posisi control, dan segitiga restitusi.
Kegiatan budaya positif yang sudah dilakukan di SMA Negeri 1 Lenteng diantaranya adalah pembiasaan pagi membaca yasin sebelum pelajaran dimulai, shalat duha bersama, Hotmil qur’an, menuntun sepeda motor saat berada di lingkungan sekolah, sapa salam dan salim dan membuat keyakinan kelas dengan melibatkan murid secara langsung. Dalam membuat keyakinan kelas ada beberapa tahapan yang harus dilalui yaitu:
Mewujudkan budaya positif harus dilakukan sejak dini mengingat dalam prosesnya membutuhkan waktu yang lama dan konsisten dari setiap stakeholder yang ada. Sebagai guru penggerak, tentu memiliki peran yang besar dalam mewujudkan disiplin positif, baik di dalam kelas maupun di lingkungan sekolah. Di lingkungan sekolah, guru dapat menerapkan budaya positif seperti bekerja sama dengan rekan sejawat, berinteraksi secara akrab dengan peserta didik, menerapkan sikap disiplin dan bertanggung jawab serta menjadi teladan bagi peserta didik.
Kegiatan ini dilakukan untuk menyamakan pemahaman tentang kegiatan aksi nyata yang akan dilakukan antara CGP, guru dan kepala sekolah. Dengan kegiatan ini Kepala Sekolah dapat memberikan bimbingan, bantuan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan kegiatan aksi nyata yang akan dilakukan. Tahap ini dilakukan pada awal bulan agustus 2022
Berkonsultasi dengan kepala sekolah dan rekan sejawat
Upaya dalam membangun budaya positif di Sekolah yang berpihak pada murid diawali dengan membentuk lingkungan kelas yang mendukung terciptanya budaya positif,yaitu dengan menyusun kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas yang efektif dapat membantu dalam pembentukan budaya disiplin positif di kelas.Hal ini juga dapat membantu proses belajar mengajar yang lebih mudah dan tidak menekan. Sering kali permasalahan dengan murid berkaitan dengan komunikasi antara murid dengan guru,terutama ketika murid melanggar suatu aturan dengan alasan tidak mengetahui adanya aturan tersebut. Kesepakatan kelas berisi beberapa aturan untuk membantu guru dan murid bekerja bersama membentuk kegiatan belajar mengajar yang efektif. Kesepakatan kelas tidak hanya berisi harapan guru terhadap murid, tapi juga harapan murid terhadap guru. Kesepakatan disusun dan dikembangkan bersama-sama antara guru dan murid.Kesepakatan yang disusun sebaiknya mudah dipahami dan dapat langsung dilakukan. Oleh karena itu,dalam kesepakatan kelas gunakan kalimat positif sebab lebih mudah dipahami murid dibandingkan kalimat negatif .
Aksi nyata pembuatan kesepakatan kelas dapat dilihat pada link berikut:
Dengan menerapkan konsep padakehidupan nyata siswa akan lebih termotivasi dalam belajar. nilai-nilai profl pelajar pancasila akan mampu siswa aplikasikan selama pembelajaran. salah satu konsep kimia yang saya terapkan dalam kehidupan seharihari adalah pembuatan es krim dengan menerapkan konsep sifat koligatif larutan. Dalam sifat koligatif larutan terdapat konsep penurunan titik beku larutan dan konsep ini diterapkan dalam proses pembuatan es krim.
Proses pembuatan es krim dapat dilihat pada link berikut:
Pengimbasan budaya positif dilakukan di SMAN 1 lenteng dengan jumlah peserta 25 guru SMAN 1 Lenteng . Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 24 Agustus 2022 yang melibatkan kelompok Calon Guru Penggerak Kelas A. Pengimbasan inis memaparkan 6 materi Budaya positif meliputi perubahan paradigma stimulus respon, konsep disiplin positif, keyakinan kelas, pemenuhan lima kebutuhan dasar manusia, lima posisi control, dan segitiga restitusi. Kegiatan ini dilakukan dengan sistem panel, setiap pemateri yang terdiri dari enam calon guru penggerak, memaparkan satu materi dalam budaya positif.
Materi yang penulis paparkan adalah tentang segitiga restitusi. Peserta diarahkan untuk menyelesaian masalah dengan menerapkan posisi kontrol sebagai manager. Segitiga restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun belajar dari kesalahan. Restitusi adalah tawaran bukan paksaan, restitusi fokus pada solusi. Dengan memahami konsep segitiga restitusi diharapkan guru-guru di SMAN 1 lenteng bisa berada pada posisi kontrol manager dalam menyelesaikan masalah. Aksi nyata pembuatan kesepakatan kelas dapat dilihat pada link berikut: https://youtu.be/LAxW_Kk5Pw0
hal penting dalam menerapkan budaya positif adalah kolaboarasi yang baik dengan semua warga sekolah. budaya positif disekolah bisa tumbuh melalui pembiasaaan dan program sekolah yang disepakati dan pastinya dalam menumbuhkan budaya pisitif tidak bisa instan melainkan memerlukan waktu secara kontinyu.
Jadilah yang pertama berkomentar di sini